[PLAYLIST] Jogja Berhati Ambyar

Masa SMA sampai kuliah saya dihabiskan di Muntilan dan Jogja, dari tahun 2002 sampai 2010. Dua kota ini menjadi persinggungan saya untuk berbagai hal, termasuk musik.

Tahun 2002 internet belum semasif sekarang. Apalagi di kota kecamatan seperti Muntilan. Hanya ada dua warnet dengan keceptan menyedihkan untuk mengakses internet. Jika ingin berselancar dan main game Counter Strike, biasanya saya ke Magelang atau ke Jogja sekalian. Warnet dengan kualitas cukup baik baru ada di Muntilan sekitar tahun 2005 ketika saya sudah kuliah di Jogja.

Di masa-masa pra-internet itu, referensi utama tentu dari media cetak dan elektronik (televisi dan radio). Beruntung saya tinggal di rumah simbah yang ada di kawasan pusat kota. Selain pakde berlangganan koran pagi, juga ada dua kios majalah yang cukup lengkap. Perpustakaan Daerah juga bisa dijangkau hanya dengan beberapa langkah.

Bagaimana dengan akses musik?

Praktis musik yang saya konsumsi adalah siaran dari radio yang bisa dijangkau. Gelombang siaran radio dari Jogja bisa terjangkau jadi update band-band baru lumayan cepat. Saat itu Jogja sedang mengalami booming band-band baru setelah gegap gempita kesuksesan Endank Soekamti yang baru saja teken kontrak dengan Warner dan Seventeen direkrut Universal. Mengikuti jejak Sheila On 7 dan Jikustik yang sudah lebih dulu mapan. Maka siaran radio waktu itu semarak dengan band-band Kota Pelajar seperti Shaggydog, The Rain, Newdays, Shakey, Bre, Esnanas, Sophie, Stereovila, sampai Gelasplastik.

Di kurun waktu yang sama, di Jakarta dan Bandung sedang terjadi gelombang indie revival jilid dua dengan kemunculan Mocca, Seringai, The Upstairs, dan The Brandals. Klipnya bisa dilihat di MTV. Artikelnya bisa dibaca di majalah Hai di Perpustakaan Daerah (yang biasanya sudah sobek-sobek). Tapi kasetnya tidak tersedia di toko kaset. Mungkin jalur distribusi independen saat itu belum bisa menembus ke second city. Penjualnya saja bingung waktu saya tanya apakah sudah ada album Mocca yang My Diary.

Ketika pindah ke Jogja, warnet mudah ditemui dengan kecepatan juga kenyamanan ruangan yang lebih layak. Ditambah dengan pergaulan di kampus, konsumsi musik saya bisa agak lebih beragam. Bisa dibilang persinggungan saya dengan band-band di luar arus utama banyak terjadi di rentang waktu ini.

Saya mencoba mengingat-ingat lagi beberapa lagu yang menemani masa-masa menunggu balasan SMS dari adik kelas yang itu, puyeng sendiri dengan contekan untuk ujian Fisika, dan memutuskan malam ini mau makan bakmi Kidul Pasar Muntilan atau Tugu Besi sambal curhat soal penolakan untuk yang kesekian kalinya. Andai saja Lebaran tahun ini bisa pulang lagi……