Aksan Disini Untukmu

Diskusi tentang album terbaik dalam diskografi Dewa 19 mengerucut pada tiga album: Terbaik Terbaik (1995), Pandawa Lima (1997), dan Bintang Lima (2000). Masing-masing tentu punya pilihannya sendiri, tapi bagi saya Pandawa Lima adalah puncak pencapaian artistik.

Terbaik Terbaik adalah album artsy. Transisi dari formula dasar di dua album pertama ke bentuk-bentuk eksperimental. Bintang Lima selain sukses dari segi penjualan juga berhasil meyakinkan pendengar bahwa mengganti vokalis yang nyaris jadi simbol itu bukan hil yang mustahal.

Pandawa Lima adalah pengecualian. Secara penjualan, meski disebut menggembirakan namun angkanya masih di bawah Bintang Lima. Dari nilai artistik, tipikal lagunya banyak yang lempeng dan terdengar monoton. Bukan lagu-lagu dengan tonjokan keras seperti “Cukup Siti Nurbaya” atau serumit “Restoe Boemi”. Tapi Pandawa Lima punya aura yang berbeda dengan dua album tadi. Aura penuh teka-teki, dingin, kelam, liyan, misterius, dan menciptakan kadar mistisnya sendiri.

Meminjam istilah seorang anggota judi bola, ada seorang pemain pembeda. Bukan Dhani dan Andra yang dikultuskan. Lain pula Erwin yang pengaruh signifikannya pernah saya bahas. Orang itu adalah Aksan Sjuman.

Butuh dua drummer bagi  Dewa 19 menemukan kepingan huruf W setelah hengkangnya Wawan Juniarso.  Rere Reza (Grassrock, ADA Band, Blackout) dan Ronal Fristianto (GIGI, dr.pm, Evo) bergantian mengisi part drum di Format Masa Depan. Rere kemudian menjadi pemain tunggal di Terbaik Terbaik. Sampai datanglah Aksan ke Dewa 19 lewat rekomendasi Ronal yang ingin lebih fokus bersama GIGI.

Aksan datang dengan curriculum vitae nan mentereng: sarjana musik dari Folkwang Hochschule, Essen, Jerman; pernah membantu penggarapan album V milik KLa Project bersama Rere (KLa dan Dewa 19 ternyata punya irisan sejarah yang menarik, akan saya bahas lain waktu. Terima kasih Mas Budi untuk trivia-trivia pengisi buka puasanya); punya kemampuan kustomisasi instrumen musik; dan berwajah ganteng sebagai bintang film Kuldesak kemudian iklan Kratingdaeng. Sebuah paket komplit.

Putra sineas terkemuka Sjumandjaja dan maestro balet Farida Oetojo ini kemudian diberikan nama panggung Wong Aksan untuk melengkapi W yang selama dua album dibiarkan tak bertuan. Cerita lengkapnya bisa disimak dalam wawancara Shindu Alpito dengan Aksan Sjuman .

Masuknya Aksan menandai babak baru proses kreatif. Album-album Dewa 19 sebelumnya adalah adu pengaruh fusion dengan rock  yang kemudian mulai berbelok ke jalur alternatif di Terbaik Terbaik. Di Pandawa Lima, semua referensi personal mendapat tempat secara layak dan proporsional. Termasuk jazz yang dibawa oleh Aksan yang hadir lewat ketukan-ketukannya yang tak tertebak.

Andil Aksan bukan hanya sekadar di gebukan drum yang perkakasnya ia rancang sendiri. Ia berandil pada modulasi di bangunan aransemen “Kirana” sehingga lagu semonoton itu tiba-tiba jadi punya dinamika yang bekerja dengan caranya yang begitu unik.

Fun fact, bagian melodi gitar Andra baru dipikirkan masuk dalam proses mixing tahap berikut di studio Doel Sumbang di Bandung setelah dibawa ke Jerman dan Jakarta dan lagu itu mau tidak mau di­-take ulang. Andra perlu tiga jam hanya untuk mencari setelan sound yang pas untuk gerungan “nggggggeeeeeengg…” yang ada di intro dan beberapa bagian lagu buatan Erwin dan Dhani ini. Mungkinkah Dhani sengaja memeram lagu ini sampai tiga tahun hanya untuk menemukan komposisi tim serta momentum perilisan yang pas?

Lanjut ke track berikut. Aksan berkontribusi pada chord di bagian interlude “Aku Disini Untukmu” selain cara masuknya yang begitu ganjil pada lagu yang video klipnya dibintangi supermodel Tamara Bleszynski. Seperti yang dilakukannya pada “Cindi”. Bedanya, di “Cindi” Aksan masuk dengan cara yang lebih frontal.

“Sebelum Kau Terlelap” menjadi monumen peninggalan Aksan mengingat suratan tangan Aksan di Dewa 19 hanya Tuhan dan Dhani yang paham. Lagu ini ibarat relationship goals untuk Erwin yang mengepalai departemen rhythm section di Dewa 19. Hal ini mengingat drummer-drummer Dewa 19 sebelum dan sesudah Aksan lebih condong membawa semangat powerful dari rock alih-alih menekankan pada harmoni dan improvisasi dari jazz dan fusion. Simak detail-detail isian Aksan yang begitu lihai mengisi celah-celah kosong.

Pada nomor penutup “Kamulah Satu-Satunya”, Aksan sebetulnya mencoba legowo dengan kuatnya pengaruh Gin Blossoms yang dibawa anak-anak Dewa terutama Erwin. Namun dia mencoba memberi dinamika lain lewat pola-pola permainan dari session drummer terkemuka asal Amerika Serikat, Jim Keltner.

Lewat sindikasi pertemanan Jerman-nya, Aksan mengenalkan Dewa 19 dengan Wolf D. Arndt yang kemudian bertanggungjawab melakukan mixing bersama Dhani dan Aksan di studionya di Jerman. Variasi pada intro “Aku Disini Untukmu” berasal dari saran Wolf ke Andra. Jasa Wolf kemudian dipakai juga oleh KLa Project untuk melakukan mixing pada album Klasik (2000) yang menjadi titik balik perjalanan Katon, Lilo, dan Adi. Dalam titiannya ke Jerman itu, kawan Aksan yang lain yaitu Jorg Lenhardt mengisi seluruh bagian gitar dengan synthesizer di “Suara Alam”. Sementara temannya yang bernama Konich mengisi bagian puisi abstrak berbahasa Jerman di pertengahan lagu “Bunga”.

Dalam waktu singkat, Aksan memberikan kontribusi yang begitu signfikan yang membuat Pandawa Lima mempunyai nilai otentik. Tapi sesingkat itu pula masa tugasnya. Karena pukulannya yang dianggap terlalu ngejazz, Aksan dipecat oleh Dhani. Keluarnya Aksan ini menandai eksodus besar-besaran di tubuh Dewa 19 setelah Ari Lasso dan Erwin mundur untuk penyembuhan dari ketergantungan terhadap narkotika. Namun dalam wawancara panjang terakhirnya bersama Shindu tadi Aksan menjawab diplomatis bahwa ada dinamika lain yang berubah di tubuh band jika dibandingkan dengan fase-fase awal masuknya ke Dewa 19.

Namun apapun itu, Aksan telah membuat Pandawa Lima punya pencapaian tersendiri yang tidak bisa dicapai oleh seluruh album dalam rak katalog Dewa 19 sampai hari ini.